Kamis, 08 Januari 2015

Menulis Cerita Antara Game dan Animasi

Kali ini saya ingin sedikit membuat perbandingan antara menulis cerita untuk game dan animasi. Meski agak mirip, tapi ada perbedaannya.

Cerita untuk animasi :
Benar - benar fokus pada cerita. Cerita akan mempengaruhi hasil akhir animasi yang dibuat, tingkat kesulitan pembuatan animasi dan sebagainya.

Cerita untuk game :
Kecuali membuat game berjenis Adventure atau Role Playing, cerita bukan bagian utama.
Pada beberapa game jenis arcade cerita bahkan baru dibuat setelah game selesai (misal Street Fighter).

   Kenapa sama-sama berhubungan dengan animasi bisa demikian berbeda? Penyebabnya adalah tujuan pembuatan animasi dan game itu berbeda.

Tujuan pembuatan animasi adalah bercerita. Karena memang tujuannya bercerita, maka cerita menjadi penentu animasi.
Tujuan pembuatan game adalah pengalaman bermain. Contoh sederhana adalah permainan petak umpet. Perlukan kita menyusun cerita yang rumit sebelum mulai melakukan permainan petak umpet? Kalau permainannya dilakukan secara mendadak tanpa persiapan, jelas kita tidak akan sempat menyusun cerita. Lagi pula, yang lebih utama adalah pengalaman saling cari dan sembunyi, bukan cerita yang mendasari permainan. Ya kalau memang ada waktu bisa saja menyusun cerita agar permainan petak umpet nya terasa lebih menarik. Tapi bagi para peserta permainan pasti cerita itu bukan hal utama. Bisa jadi penambahan cerita yang terlalu rumit malah merusak keasikan bermain petak umpet.

Karena itu, saat membuat animasi pusatkan seluruh tenaga pada pembuatan cerita. Sedangkan saat membuat game, pusatkan seluruh tenaga pada game mechanic, bukan cerita. Tambahkan cerita di bagian akhir sebagai pengantar memasuki dunia permainan, tapi singkat saja. Cerita yang terlalu panjang tanpa fitur "skip intro" bakal mengganggu kesenangan bermain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar